Preferensi Pakan Orangutan


PREFERENSI  PAKAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus wurmbii) DI STASIUN PENELITIAN CABANG PANTI TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG KALIMANTAN BARAT



SKRIPSI





                                                              OLEH :



M.Muhlis Saputra

                                                        G1011131169






UNTAN231





















FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2017







RINGKASAN SKRIPSI

       Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) merupakan salah satu jenis satwa dilindungi yang hidup di kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).Keberadaannya sudah hampir punah sehingga diperlukan usaha perlindungan dari ancaman-ancaman yang dapat mengakibatkan hilangnya satwa tersebut.TNGP merupakan salah satu kawasan konservasi yang ada di Kalimantan Barat.Dalam kawasan TNGP terdapat berbagai jenis tumbuhan dan satwa dilindungi sebagai bagian dari komposisi hutan.Suatu habitat dari penyusun ekosistem hutan diperlukan adanya usaha pelestarian tumbuhan sebagai sumber pakan orangutan demi tetap terjaganya keberadaan orangutan. Orangutan Kalimantan mempunyai bulu yang sangat besar dan panjang, pada bagian lengan dan bahu mencapai 0,5 m terdapat berbagai macam nuansa warna pada bulu orangutan,dari jingga sampai merah ungu atau cokelat kehitaman, umumnya lebih gelap bila semakin tua.

         Tujuan dari penelitian ini adalah Mendapatkan informasi tentang keanekaragaman jenis pakan Orangutan ( Pongo pygmaeus wurmbii ) sertaMengukur presentase pakan Individu Orangutan ( Pongo pygmaeus wurmbii) pada setiap jenis pakan yang dimakan di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian ilmu pengetahuan mengenai keanekaragaman jenis pakan serta presentasi ketertarikan setiap  individu Orangutan ( Pongo pygmaeus wurmbii ) pada jenis pakan yang dimakannya.bertujuan dapat diupayakan dalam pelestarian, perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

      Hasil analisis data menunjukan bahwa Komposisi jenis vegetasi untuk semua tingkat pertumbuhan yang ditemukan sebanyak 40 jenis vegetasi pada semua tingkat pertumbuhan dengan jumlah individunya 101. Adapaun dari 50 jenis vegetasi tersebut ditemukan 34 individu untuk fase semai, 26 individu fase pancang, 21 individu fase tiang dan 17 individu fase pohon.Terdapat 3 (tiga) jenis vegetasi dengan komposisi lengkap ditemukan pada semua tingkatan pertumbuhan yaitu kempas (Koompassia exelsa), durian (Durio sp) dan meranti (Shorea sp). Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi mendominasi pada tingkat pertumbuhan fase semai yaitu punak, rengas api dan liana, fase pancang adalah adalah meranti, keruing dan Popowia, fase tiang adalah dan fase pohon adalah adalah meranti, durian dan meranti. Hasil analisis pengamatan pada daerah jelajah harian orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP)  menunjukan bahwa jenis dari masing-masing vegetasi pada semua tingkat pertumbuhan yang memiliki nilai indeks nilai penting paling besar menggambarkan jenis tersebut memiliki kesesuaian tempat tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan jenis lainnya.

      Presentase keberagaman jenis pakan orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Stasiun penelitian cabang panti selama pengamatan berdasarkan bagian yang dimakan pada setiap jenis pakan memperlihatkan variasi yang berbeda dari setiap individu orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) yaitu makan buah, kulit dan daun muda. Preferensi keberagaman jenis pakan orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii)  menunjukan bahwa orangutan memiliki kecederungan untuk mengunjungan jenis pakan tertentu, faktor utama kecenderungan tersebut yaitu ketersediaan pakan , mendominasinya jenis tertentu, dan persaingan individu antara sesama orangutan, sehingga mereka harus menjelajah untuk mendapatkan makanan.

             

RIWAYAT HIDUP

            M.Muhlis Saputra, dilahirkan di Tanjung Pelanduk Desa Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara pada tanggal 13 Maret 1994, merupakan anak pertama dari dari tiga bersaudara dari pasangan Muchri (Alm) dan Fatmawati.

            Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan pada tahun 2001 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 09 Tanjung Pelanduk dan kemudian pada tahun 2005 pindah sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 05 Simpang Hilir dan lulus pada tahun 2007. Tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 03 Simpang Hilirdan lulus pada tahun 2010. Tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 01 Simpang Hilir dan dinyatakan lulus pada tahun 2013. Tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas Tanjungpura dan diterima di Fakultas Kehutanan jurusan manajemen hutan melalui jalur mandiri.Selain aktivitas perkuliahan.

            Penulis juga aktif diberbagai organisasi internal dan eksternal kampus, yaitu Forum Keluarga Mahasiswa Islam (FKMI) Asy-syajaroh,Bem Sylva Indonesia PC.Untan,Badan Kerohanian Mahasiswa Islam (BKMI) Untan, Parfi Kayong Utara, KAMMI Komisariat Untan dan KAMMI Wilayah Kalbar, dan Lembaga Simpang Mandiri (LSM) Kabupaten Kayong Utara.

            Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan serta untuk mengakhiri masa studi di Universitas Tanjungpura, maka penulis melakukan penelitian berjudul “Preferensi Pakan Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Stasiun Penelitian Cabang Panti Taman Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat” di bawah bimbingan Bapak Dr. Slamet Rifanjani, S.Hut,MP selaku Dosen Pembimbing Pertama  dan Ibu Sarma Siahaan, S.Si,M.Si selaku Pembimbing Kedua.

































KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan penelitian yang berjudul Preferensi Pakan Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Stasiun Penelitian Cabang Panti Taman Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat”. Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan data primer yang didapat dilapangan dan data sekunder yang didapat dari berbagai referensi.

penyusunan skripsi ini banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih  yang sebesar-besarnya kepada :

1.Bapak Dr. Slamet Rifanjani, S.Hut,MP selaku Dosen Pembimbing pertama.

2.Ibu Sarma Siahaan, S.Si,M.Si selaku Dosen Pembimbing kedua.

3.Kepala Balai TNGP, Ir. DadangWardhana, M.Sc dan seluruh staff.

4.Prof. Cheryl D. Knott Sebagai Director Project Orangutan serta seluruh staff Stasiun    Penelitian Cabang Panti (SPCP).

5.Terri Lee Breeden selaku Direktur Yayasan Palung serta seluruh staff.

6.Bapak Dr.Ir.H.Gusti Hardiansyah, M.Sc.QAM Selaku Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura

7.Bapak Dr.Ir.H.Fahrizal,MP selaku Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan dan Bapak Dr.M.Sofwan Anwari,S.Si,M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Kehutanan.

8.Ibu, bapak, abang dan adik keluarga tercinta. Terimakasih atas segala dukungan moril maupun materil serta do’anya.


Pontianak, September 2017
                                                                                                 
                                                                                                      M.MUHLIS.SAPUTRA
        G1011131169
 


                                                   





                                            

DAFTAR ISI

                                                                                                                          Halaman

RINGKASAN................................................................................................................... i

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR..................................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. iiv

BAB I.   PENDAHULUAN............................................................................................. 1



1.1.Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................... 3

1.3.Tujuan............................................................................................................ 4

1.4.Manfaat.......................................................................................................... 4



BAB II.  KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................ 5



2.1.Tinjauan Pustaka............................................................................................ 5

2.1.1.Taman Nasional Gunung Palung......................................................... 5

2.1.2.Habitat................................................................................................. 5

2.1.3.Orangutan............................................................................................ 5

2.1.4.Pakan Orangutan............................................................................... 10

2.1.5.Preferensi........................................................................................... 10

2.2.Kerangka Konsep......................................................................................... 11



BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.......................................... 13



3.1.Sejarah Taman Nasional Gunung Palung .................................................... 13

3.2.Lokasi Penelitian.......................................................................................... 13



BAB IV. METODELOGI PENELITIAN..................................................................... 17



4.1.Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... 17

4.2.Objek dan Alat Penelitian............................................................................ 17

4.2.1.Objek Penelitian................................................................................... 17

4.2.2.Alat Penelitian...................................................................................... 17

4.3. Cara Kerja……………............................................................................... 18

4.3.1.Metode................................................................................................. 18

4.3.2.Penentuan Lokasi Penelitian................................................................. 18

4.3.3.Inventarisasi Pakan Orangutan............................................................. 19

4.3.4.Identifikasi Pakan Orangutan............................................................... 19

4.4. Pengambilan Data....................................................................................... 19

4.4.1.Data Primer........................................................................................... 19

4.4.2.Data Sekunder...................................................................................... 20

4.5.Analisis Data.............................................................................................. 20

4.5.1.Indeks Nilai Penting (INP)................................................................... 20

4.5.2.Indeks Dominansi (C) ......................................................................... 21

4.5.3.Menghitung Preferensi Pakan Orangutan............................................. 22



BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 17



5.1 Hasil............................................................................................................ 17

5.2.Pembahasan................................................................................................ 17



BAB 1V. PENUTUP…………...................................................................................... 17



6.1.Kesimpulan................................................................................................. 17

6.2.Saran........................................................................................................... 17



DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 23







































DAFTAR TABEL

                                                                                                                                                                                                  Halaman

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19

Tabel 1. Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan................................................. 19















DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman

Lampiran 1. Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Palung......................................... 26



































I.PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

            Menurut IUCN (International Union For Conservation of Nature and Natural Resources ),taman nasional dikategorikan pada kawasan yang dilindungi dengan tujuan untuk melindungi kawasan alam dan berpemandangan  indah yang penting secara nasional atau internasional serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi. Kawasan alami ini relatif luas, materinya tidak diubah oleh kegiatan manusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan ( John dan Kathy Mackinon, 1990). Acara Pekan Konservasi Alam Nasional II di Bali tanggal 24 Maret 1990 Suaka Marga Satwa Gunung Palung diganti namanya menjadi Taman Nasional Gunung Palung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 Maret 1990. Terakhir, menjadi Balai Besar Taman Nasional Gunung Palung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002 (dephut.go.id).

Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP) berada pada Kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) yang terletak di Kecamatan Sukadana dan Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara serta Sungai Laur Kabupaten Katapang.SPCP memiliki kekayaan flora dan fauna yang khas, Khususnya primate di daerah ini sebagian besar telah dilindungi oleh pemerintah karena sifatnya yang endemic (khas).Potensi sumber daya alam yang menjadikan kawasan ini memiliki daya tarik khusus adalah keberadaan tipe ekosistemnya yang lengkap.Mulai dari tipe vegetasi hutan pantai, hutan mangrove (payau), hutan rawa gambut, hutan dataran rendah hingga vegetasi hutan dataran tinggi. Masing-masing tipe ekosistem tersebut dihuni oleh beraneka ragam jenis satwa liar, diantaranya golongan primata seperti orangutan (Pongo pygmaeus), kelempiau (Hilobates moloch), bekantan (Nasalis larvatus), kelasi (Presbytis rubicunda), serta kera ekor panjang (Macaca fascicularis), satwa ini sering dijumpai di tajuk-tajuk pohon (Anonim,2009c).


1111111
 


      Orangutan merupakan salah satu jenis fauna endemik yang khas penghuni kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).Jenis satwa ini hanya dapat ditemui keberadaannya di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Orangutan di Kalimantan yang dikategorikan sebagai ‘endangered’ (genting) oleh World Concervation Union (IUCN) atau


2222222
 







(Badang Konservasi Dunia). Orangutan Kalimantan terbagi menjadi tiga subspecies, yaitu  Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada dibagian utara sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan sungai Kapuas hingga bagian barat sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio. Orangutan Kalimantan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam (Anonim,2009a).

       Orangutan memiliki tubuh yang genuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor. Orangutan berukuran 1-1,4 m untuk jantan, yaitu kira-kira 2/3 kali ukuran seekor gorilla. Tubuh orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan, mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.Orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk. Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba. Telapak tangan mereka mempunyai empat jari-jari panjang ditambah satu ibu jari. Telapak tangan mereka memiliki susunan jari jemari yang sangat mirip dengan manusia (Anonim,2008a).

      Orangutan di Stasiun Penelitian Cabang Panti menjalani kehidupannya pada kondisi habitat yang beranekaragam.Berdasarkan Knott (1999) ada tujuh tipe habitat di Stasiun Penelitian Cabang Panti yaitu hutan rawa gambut (peatswamp forest), hutan rawa air tawar (freshwater forest), hutan tanah aluvial (alluvial bench), hutan batu berpasir dataran rendah (lowland sandstone forest), hutan granit dataran rendah (lowland granite forest), hutan granit dataran tinggi (upland granite forest), dan hutan pegunungan (mountaine forest). Tipe habitat yang beranekaragam ini merupakan satu hal menarik yang dimiliki oleh arealhutan Stasiun Penelitian Cabang Panti.

       Orangutan sering makan sambil jalan ketika menjelajah dari dahan pohon satu kepohon lainnya.Kadang biji buahnya disemburkan begitu saja jauh dari pohon induknya, sehingga memperbesar sebaran bibit pohon tersebut tumbuh dimana saja disepanjang area jelajah

2222223
 


yang dilaluinya. Selain itu dengan bergerak menjelajah, orangutan biasanya akan melintasi bagian kanopi hutan dengan membengkokkan atau mematahkan banyak ranting, akan membantu tumbuhan yang berada dibawahnya mendapatkan sinar matahari yang sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesa (Departemen Kehutanan, 2007). Keberadaan orangutan ditentukan oleh ketersediaan makanannya. Mereka akan lebih mudah ditemukan pada saat musim buah dihutan yang terjadi dua kali setahun, yaitu antara Juni sampai Juli dan sekitar November sampai Februari.(Anonim,2006).



1.2.   Rumusan Masalah

         Hutan sebagai sumber daya alam yang kaya akan jenis flora dan fauna memungkinkan adanya pemanfaatan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibat dari aktivitas manusia tersebut mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan sebagai habitat dari berbgai satwa di kawasan tersebut termasuk orangutan.Kerusakan hutan diakibatkan dari kebakaran, kegiatan illegal logging dan pembukaan hutan untuk lading dan pemukiman.

         Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) merupakan salah satu jenis satwa dilindungi yang hidup di kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).Keberadaannya sudah hampir punah sehingga diperlukan usaha perlindungan dari ancaman-ancaman yang dapat mengakibatkan hilangnya satwa tersebut.TNGP merupakan salah satu kawasan konservasi yang ada di Kalimantan Barat.Dalam kawasan TNGP terdapat berbagai jenis tumbuhan dan satwa dilindungi sebagai bagian dari komposisi hutan.Suatu habitat dari penyusun ekosistem hutan diperlukan adanya usaha pelestarian tumbuhan sebagai sumber pakan orangutan demi tetap terjaganya keberadaan orangutan.

Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP) merupakan Lokasi Area penelitian yang berada di kawasan TNGP. Keanekaragaman fauna seperti orangutan ( Pongo pygmaeus wurmbii ) merupakan satwa langka yang ada disini dan memiliki pakan yang beragam, seperti buah-buahan, serangga, kulit pohon, daun muda, epifit, pandan-pandanan, dan rotan, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut yang khusus untuk mengetahui persentase perbedaan jumlah pakan setiap individu orangutan dan keberagaman jenis pakan serta aktivitas makan orangutan.

1.3.  

2222224
 


Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mendapatkan informasi tentang keanekaragaman jenis pakan Orangutan ( Pongo  pygmaeus wurmbii ) di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP).

b. Mengukurpresentase pakan Individu Orangutan ( Pongo pygmaeus wurmbii) pada setiap jenis pakan yang dimakan di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP).

1.4.   Manfaat

         Penelitian ini diharapkan dapat menjadikajian ilmu pengetahuan mengenai keanekaragaman jenis pakan serta presentasi ketertarikan setiap  individuOrangutan ( Pongo pygmaeus wurmbii ) pada jenis pakan yang dimakannya.bertujuan dapat diupayakan dalam pelestarian, perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.






































222222
 


II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Taman Nasional Gunung Palung

           Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) merupakan salah satu kawasan konservasi di Kalimantan Barat yang memiliki potensi satwa yang besar.Khususnya primata.Orangutan (Pongo pygmaeus) adalah satwa langka yang dilindungi dnegan penyebaran yang sangat terbatas di Kalimantan.Keterbatasan habitat dan populasi orangutan yang termasuk dalam kawasan konservasi, disebabkan oleh adanya degradasi hutan yang berdampak penting bagi habitat dan populasi, sehingga kawasan hutan di luar konservasi menjadi penting untuk pelestarian orangutan. Pada tahun 1987, populasi orangutan diperkirakan 4.000 – 180.000 individu, dan antara tahun 1996-1997 terjadi penurunan populasi sebesar 12 % dari perkiraan populasi total 4075 individu. Orangutan tersebar di kawasan hutan yang fungsi dan peruntukannya tela ditetapkan, seperti hutan konservasi, kawasan lindung, dan hutan produksi (Bismark, 2005).

            Menurut IUCN (International Union For Conservation of Nature and Natural Resources ), Taman Nasional dikategorikan pada kawasan yang dilindungi dengan tujuan untuk melindungi kawasan alam dan berpemandangan  indah yang penting secara Nasional atau Internasional serta memiliki nilai bagi pemanfaatanilmiah, Pendidikan, Rekreasi. Kawasan alami ini relative luas, materinya tidak diubah oleh kegiatan manusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan ( John dan Kathy Mackinon, 1990).

Berdasarkan keputusan pada acara Pekan Konservasi Alam Nasional II di Bali tanggal 24 Maret 1990 Suaka Marga Satwa Gunung Palung diganti namanya menjadi Taman Nasional unung Palung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 Maret 1990.Terakhir, menjadi Balai Besar Taman Nasional Gunung Palung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002 (dephut.go.id).








2222225
 






2222226
 


2.1.2. Habitat

      Habitat merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiaknya satwa liar.Satwa liar menempati habitat yang sesuai dengan lingkungannya yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya, karena habitatnya mempunyai fungsi menyediakan makanan,air dan pelindung (Alikodra, 1990).

        Habitat yang sesuai untuk suatu jenis. Belum tentu sesuai untuk jenis yang lain, karena setiap satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda (Dasman, 1985 sebagaimana dikutip oleh Napitu, dkk, 2007). Habitat suatu jenis satwa liar merupakan system yang terbentuk dari interaksi antar komponen fisik dan biotic serta dapat mengendalikan kehidupan satwa liat yang hidup didalamnya (Alikodra,1990).

2.1.3. Orangutan

        Orangutan adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan, kadang cokelat, yang hidup di Indonesia dan Malaysia. Klasifikasi ilmiah dari orangutan Kalimantan sebagai berikut ( Anonim, 2009b) :

Phylum                         : Chordate

Sub Phylum                  : Vertebrata

Kelas                             : Mamalia

Ordo                             : Primata

Sub Ordo                      : Anthropoidae

Super Famili                 : Hominoidae

Famili                            : Pongoiidae

Genus                           : Pongo

Spesies                          : Pongo pygmaeus

Sub Spesies                   : Pongo pygmaeus wurmbii

           Indonesia memiliki beberapa spesies hewan yang terancam punah, salah satunya adalah Orangutan.Orangutan di Indonesia tersebar di dua pulau yaitu pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Kedua pulau tersebut merupakan  perlindungan terakhir Orangutan. Ada dua spesies Orangutan yang secara genetik berbeda di kedua pulau tersebut: Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Dua spesies

2222227
 


tersebut menunjukan ciri-ciri fisik yang sedikit berbeda. Orangutan Sumatera memiliki rambut dan jenggot yang sedikit lebih panjang daripada Orangutan Kalimantan. Ancaman utama bagi Orangutan adalah perburuan dan hilangnya habitat yang menempatkan dua spesies dalam status terancam punah (Goodall, dkk, 2010).

       Orangutan merupakan satwa arboreal yang banyak menghabiskan waktunya di atas pohon, satwa ini sangat tergantung pada habitatnya khususnya pada pepohonan yang dimanfaatkannya untuk bergerak, sumber penghasilan makanan, dan juga sebagai tempat tinggal (sarang).Orangutan bisa menghabiskan makanan dalam jumlah besar dalam satu hari aktivitasnya, sehingga orangutan memerlukan hutan hujan primer yang utuh untuk mempertahankan hidupnya.Jenis makanannya yang sangat beragam membuat orangutan memerlukan hutan sebagai tempat pengembaraan yang luas.Setiap hari seekor orangutan perlu menjelajahi hutan seluas 1 sampai 10 km2 untuk mendapatkan jenis makanannya. Lebih separuh waktu siang dihabiskan untuk makan.(Anonim.2008).

        Orangutan Kalimantan mempunyai bulu yang sangat besar dan panjang, pada bagian lengan dan bahu mencapai 0,5 m terdapat berbagai macam nuansa warna pada bulu orangutan,dari jingga sampai merah ungu atau cokelat kehitaman, umumnya lebih gelap bila semakin tua. Pada kedua sisi bagian muka terdapat cekung, rahang kuat dan menganjur kedepan, lengkung alis agak menonjol. Daun telinga kecil, seakan menempel pada tengkorak. Mata kecil, mempunyai lengan yang panjang dan terkuat diantara spesies kera.(Anonim,2009).

        Adapun ciri-ciri orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut (Galdikas, 1978) sebagaimana dikutif oleh Kuncoro (2004) :

a.    Bayi 0 - 4 tahun dengan berat 1,5 - 5 kg (saat lahir), biasanya berpegang pada induk saat berpindah pohon, tetapi meninggalkan induknya saat makan dan masih menyusu pada induknya. Warna rambut biasanya lebih pucat dari golongan umur yang lebih tua, sangat putih tua, sangat putih di sekeliling mata dan moncong, bercak kulit putih untuk meliputi seluruh tubuh.

b.   Anak 4 – 7 tahun dengan berat 5 – 20 kg, biasanya berpindah bersama induk,namun terlepas dari induk, kadang bersarang bersama induk,masih menyusu sama induk. Wajah masih lebih putih dari golongan umur yang lebih tua,tetapi lebih gelap dari bayi,bercak putih pada kulit semakin kabur.

c.   

2222228
 


Betina remaja 7 – 12tahun dengan berat 20 – 30 kg,tidak terkait pada induk walaupun terkadang bergerak pindah bersama induk atau orangutan lain, sangat sosial, berpasangan dengan jantan selama masa tanggap seksual. Masa remaja berakhir sampai kehamilan pertama.Wajah lebih putih dari orangutan dewasa, ukuran tubuh lebih kecil dari pada orangutan dewasa.

d.   Jantan remaja 7 – 10 tahun dengan berat 20 – 30 kg, tidak terkait pada induk,walaupun terkadang bergerakpindah bersama induk atau orangutan lain, sangat sosial, berusaha berkopulasi dengan betina remaja. Wajah lebih putih dari orangutan dewasa, ukuran tubuh lebih kecil dari pada orangutan betina dewasa.

e.    Jantan pra-dewasa 10 – 15 tahun dengan berat 30 – 50 kg, mulai bersuara mirip dengan seruan panjang dewasa, berpasangan dengan betina, sosial. Wajah gelap,bantalan pipi dan kantong leher mulai berkembang, lebih besar dari pada betina dewasa, tetapi lebih kecil dari jantan dewasa 45.

f.    Betina dewasa (umur muda & lanjut ) 12 tahun ke atas dengan berat 30- 50 telah beranjak dan diikuti anakya, berpasangan dengan jantan selama masa etrus (birahi), terkadang berpindah bersama betina lain atau  orangutan taraf umur muda. Pada saat umur lanjut, tidak lagi diikuti bayi atau anak dan tidak dapat mengandung lagi, lebih banyak bergerak di tanah dan lambat. Wajah sangat gelap, kadang berjanggut pada saat berumur lanjut dan rambut menjadi tipis serta berkeriput.

g.   Jantan dewasa (umur muda dan lanjut ) 15 tahun keatas dengan berat di atas 50 kg, pada umur ,anjut dengan berat sekitar 40 kg, melakukan seruan panjang, hidup soliter kecuali bila berpasangan dengan betina tanggap seksual. Pada umur lanjut gerakarannya menjadi semakin lambat. Ukuran besar sekali, memiliki bantalan pipi, kantong leher, berjanggut dan ukuran terkadang perpunggung gundul. Pada umur lanjut rambut menjadi lebih berkeriput.

            Orangutan merupakan kera besar yang hanya ditemukan di Asia. Selama zaman pleistosen mereka tersebar ke Asia Tenggara dari Cina bagian selatan ke Pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa (Wich et al., 2004). Secara morfologi, perilaku, sitogenetik, dan genetika molekuler, taksonomi orangutan dipisahkan menjadi dua jenis yaitu Pongo pygmaeus yang terdapat di Borneo (Kalimantan, Sabah dan Serawak) dan Pongo abelii yang tersebar di Sumatera bagian utara (Aceh dan Sumatera Utara) (Zhang et al., 2001).


2222229
 


Distribusi orangutan dipengaruhi oleh sebaran habitat yang memiliki ketersedian makanan yang tersedia sepanjang tahun dan apabila lokasi tersebut sudah tidak produktif lagi, maka orangutan akan terus bermigrasi ke daerah lain dimana habitat tersebut menyimpan ketersedian makanan yang lebih baik dari habitat sebelumnya (Buij et al., 2002; Susanto, 2006). Menurut Meijaard et al. (2001), hanya beberapa individu yang tetap tinggal di suatu daerah meskipun ketersediaan makanan rendah, sedangkan individu lainnya segera berpindah untuk mencari daerah lain.

Populasi orangutan liar diperkirakan tersisa 54567 individu di Borneo dan 6667 individu di Sumatera (Soehartono et al., 2007). Penurunan populasi yang terus terjadi disebabkan terus berkurangnya areal hutan yang merupakan habitat alami bagi orangutan akibat penebangan, konversi, dan kebakaran hutan. Penurunan populasi orangutan juga disebabkan tingginya perburuan terhadap orangutan yang dipicu oleh tingginya tingkat perdagangan orangutan untuk dijadikan hewan peliharaan (Meijaard et al., 2001).

            Secara umum tidak ada perbedaan yang begitu nyata antara orangutan jantan dan orangutan betina dalam penggunaan waktu aktifnya. Menurut Galdikas (1984) dalam aktivitas hariannya, orangutan menggunakan waktunya sebesar 60,1 untuk makan, 18,3 persen untuk beristirahat, 18,8 persen untuk berjalan, 0,1 persen untuk kopulasi, 0,3 persen untuk seruan panjang, (khusus jantan), 1,3 persen untuk agresi dan 1,1 persen untuk membuat sarang.

2.1.4. Pakan Orangutan

         Meskipun orangutan termasuk hewan omnivore, sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan. Makanan kesukaan orangutan adalah buah-buahan (Anonim.2009b).buah-buahan merukapan sumber pakan utama yaitu 60 %, sedangkan sisanya berupa makanan lainnya, antara lain daun-daunan, biji-bijian, kulit kayu, tunas tanaman (yang lunak) dan bunga-bungaan (Supriatna, J dan EH. Wahyono,2000).

          Menurut beberapa peneliti orangutan memakan lebih dari 300 jenis tumbuhan.Orangutan merupakan jenis turun sering ke tanah untuk mencari anai-anai (rayap) pada kayu lapuk atau gundukan tanah yang menjadi sarang serangga tersebut. Awal musim hujan saat banyak ulat yang menetas, orangutan menambah berat tubuhnya dengan banyak memakan larva tau kepompong (Anonim,2009).


22222210
 


            Tumbuhan rengas (Semecarphus heterophyllus) yang getahnya sangat berbahaya bagi kulit manusia, merupakan salah satu pakan orangutan (Supriatna, J dan EH.Wahyono, 2000).Selain itu mereka juga serangga, rayap dan hewan kecil lainnya.Orangutan tidak perlu meninggalkan pohon jika mereka ingin minum.Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara cabang pohon (Anonim, 2009b).

2.1.5. preferensi

          Preferensi adalah hasil keseluruhan faktor-faktor yang menentukan besarnya tingkat ketertarikan satwa terhadap makanan yang dimakannya (Scott et al. 1982 dalam Kurniawaty 2009).Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihanmakanan diantaranya yaitu ketersediaan makanan, distribusi dan kelimpahanmakanan, komposisi vegetasi, iklim, jenis makanan yang disukai, dan kandungannutrisi serta energi.Secara umum pakan yang disukai dipengaruhi oleh rasa, bau,dan warna makanan (Scott et al. 1982 dalam Kurniawaty 2009).

          Faktor pembatas  tersebut berpengaruh terhadap penggunaan waktu primata dalam mengkonsumsi makanan sehingga proporsi waktu makan pada primata bervariasi. Biasanya bagian tumbuhan yang dimakan oleh primata hampir sama akan tetapi proporsi waktu makan yang digunakan bervariasi (Kool 1991; Dasilva 1994; Li et al. 2003; Ding dan Zhao 2004; Solanki et al. 2008a; Grueter et al. 2009 dalam Suryana 2010).

2.2. Kerangka Konsep

         Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan salah satu jenis primata jenis falimi pongidae bersifat omnivore (pemakan segala).Orangutan lebih menyukai hutan hujan tropis dataran rendah sebagai tempat hidupnya.Orangutan termasuk hewan yang dilindungi karena keberadaannya yang terancam punah.

Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki keaneka-ragaman hayati bernilai tinggidan berbagai tipe ekosistem lengkap yaitu diantaranya hutan mangrove, hutan rawa, rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan tanah tropika, dan hutan pegunungan yang selalu ditutupi kabut.Orangutan ( Pongo pygmaeus) merupakan satwa liar yang mempunyai sifat khas dan unik dibandingkan dengan spesies-spesies anggota sub ordo Anthropoidae yang lain. Populasi orangutan pada dasarnya tersusun dalam bentuk satuan-satuan reproduktatif yang tidak lengkap.


22222211
 

22222211
 

Keberadaan orangutan dari tahun ketahun semakin berkurang, ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang berakibat pada perubhan struktur dan komposisi hutan, selain itu kerusakan habitat yang  terjadi akibat bencana alam seperti longsor, banjir dan sebagainya juga menjadi ancaman serius untuk keberlangsungan hidup orangutan. Orangutan sangat tergantung terhadap alam, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan hidupnya seperti makan dan tinggal.Kerusakan pada habitat tempat hidup merek yang terjadi sangat mempengaruhi ketersediaan jenis tumbuhan yang merupakan sebagai sumber pakan orangutan.

              Orangutan hidup soliter dan cenderung terbagi dalam daerah sebaran masing-masing perindividu, sehingga mereka mempunyai zona sebaran tersendiri untuk setiap individu. Tingkat kebutuhan makan juga beragam, tergantung usia dan jenis kelamin. Selain itu keadaan vegetasi hutan tempat mereka tinggal juga sangat berpengaruh terhadap keberadaannya.Oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan khususnya untuk mendapatkan informasi mengenai keanekaragaman pakan orangutan dan preferensi pakan pada individu jantan dewasa, betina dewasa, remaja betina dan remaja jantan yang ada di kawasan Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP).
























222222
 


III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1.  Sejarah Taman Nasional Gunung Palung (TNGP)

          Balai Taman Nasional Gunung Palung ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional yang berkedudukan di Kabupaten Ketapang , Popinsi Kalimantan Barat. Kawasan Taman Nasional Gunung Palung secara historis ditunjuk sebagai kawasan suaka alam melalui Staat Blaat No.4/13IB/1937 tanggal 29 April 1937 dengan luas 30.000 Ha. Kemudian, melalui SK Menteri Pertanian No : 101 A/Kpts /VIII/12/1981 tanggal 10 Desember 1981 luas kawasan Taman Nasional Gunung Palung berubah menjadi 90.000 Ha dengan menunjuk kelompok hutan (kawasan perluasan) yaitu gunung Kepayang, gunung Seberuang, Sei Lekahan, Labuhan Batu dan sekitarnya dengan status kawasan berubah menjadi Suaka Margasatwa Gunung Palung. Pada acara Pekan KonservasiAlam Nasional III di Bali tanggal 24 Maret 1990 kawasan ini dideklarasikan sebagai Taman Nasional dengan luas 90.000 ha melalui pernyataan Menteri Kehutanan Nomor : 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 Maret 1990.


13122212
 


Kawasan Taman Nasional Gunung Palung yang berada di daerah hilir termasuk ke dalam tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu sebelah utara dan timur termasuk ke dalam DAS Simpang, sebelah timur DAS Pawan dan sebelah selatan termasuk DAS Tulak (http://ditjenphka.dephut.go.id, 2012). Sebagian besar habitat Taman Nasional didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan dari family Dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp.), kruing (Dipterocarpus spp.) dan kapur (Dryobalanops spp.). selain itu ditemukan juga durian (Durio carinatus), rambutan hutan (Nephelium sp.), pluntan (Arthocarpus sp.), dan ara (Ficus spp.) (Badan Planologi Kehutanan, 2002).Selain keindahan floranya, Taman Nasional Gunung Palung juga memiliki berbagai jenis satwa yang tidak kalah indah. Beberapa jenis satwa di kawasan ini antara lain orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii), kelampiau(Hylobathes albibarbis), kelasi (Prebytis rubicunda), bekantan (Nasalis larvatus), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanuseuryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), kukang (Nyticebus coucangborneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), kancil (Tragulusnapu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax vigil),buaya siam(Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan (Caretta caretta), serta tupai kenari (Rheithrosciurusmacrotis) (Badan Planologi Kehutanan, 2002).


12222213
 


         Sarana Prasarana penelitian di SPCP telah dibangun sejak tahun 1985.Sarana utama penelitian adalah jalan rintis yang di beri tanda menggunakan lempengan aluminium kecil setiap 50 m. Jalur ini memudahkan untuk melaksanakan pengamatan objek penelitian baik flora maupun fauna. Seiring kebutuhan penelitian, para peneliti mulai membangun pondok-pondok kecil menggunakan kayu untuk tempat mengolah data dan beristirahat.

Beberapa sarana yang di bangun antara lain : 1 buah Camp Besar tempat kantor dan olah data, 1 pondok asisten, 2 buah rumah untuk tempattinggal peneliti, 1 buah pondok untuk karyawan penelitian. Pada tahun 2007, Peneliti dari Department of Anthropology University of California dan Boston University membangun 1 buah camp induk berukuran 12 m x 15 m, camp asisten peneliti berukuran 5 m x 9 m, pondok peneliti berukuran 4 m x 6 m, pondok peneliti AP15 berukuran 3 m x 6 m, jembatan gantung dari kabel baja berukuran 0,5 m x 16,7 m, WC berukuran1,5 m x 3 m dan pondok penyimpanan generator berukuran 1 m x 1,5 m. Seluruh bangunan di serahkan ke Balai Taman Nasional Gunung Palung dan dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima pada tanggal 24 Agustus 2010.

3.2.  Lokasi Penelitian

         Lokasi Stasiun Penelitian Cabang Panti terletak di Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang. TNGP secara astronomis terletak diantara 01º 03’- 01 º22’ Lintang Selatan dan 109º 54’ - 110º 28’ Bujur Timur. Administratif kawasan Taman Nasional Gunung Palung termasuk dalam 2 Kabupaten, yaitu: Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara, Propinsi Kalimantan Barat. Kawasan TNGP berbatasan langsung dengan batas-batas kawasan sebagai berikut :

1.   Bagian utara berbatasan dengan Sungai Air Merah, Sungai Matan, Sungai Batu Barat, Jalan Eks PT. PerkasaTani Sejati (Matan-Kubing), dan Sungai Kubing

2.   Bagian Selatan berbatasan dengan Selat Karimata, Sungai Melinsum, Desa Riam Berasap Jaya, Desa Laman Satong, Sungai Siduk, Hutan Lindung Gunung Tarak, Desa Pangkalan Teluk, dan Sungai Lekahan

3.  

12222214
 


Bagian Barat berbatasan langsung dengan Selat Karimata, Desa Gunung Sembilan, Desa Sutera, Desa Pangkalan Buton, Desa Pampang Harapan, Desa Sejahtera, Desa Benawai Agung, Desa Sedahan Jaya, Desa Harapan Mulia

4.   Bagian Timur berbatasan dengan Sungai Laur, Desa Sempurna, dan Desa Teluk Bayur

Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat. Stasiun Penelitian Cabang Panti berada dikawasan Taman Nasional Gunung Palung (1°13’ S, 110°7’ E) yang memiliki luassekitar 2.100 ha dari keseluruhan 90.000 ha luas kawasan Taman Nasional.Stasiun penelitian ini terdiri dari tujuh tipe habitat (Knott, 1999 dan Marshall,2004), yaitu:

1.   Hutan rawa gambut (peat swamp), kondisi tanah di hutan ini terdiri dari tanah rawa yang tertutupi gambut atau timbunan bahan organik. Kedalaman rawa mulai dari beberapa sentimeter hingga puluhan meter. Air di hutan ini mempunyai derajat keasaman (pH) yang rendah yaitu kurang dari 4. Hutan ini terletak pada ketinggian 5-20 m dpl.

2.   Hutan rawa air tawar (freshwater swamp), merupakan hutan rawa yang kaya akan mineral dan memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Tanah di hutan ini cenderung digenangi oleh air bening dengan pH lebih dari 6, sering terjadi banjir musiman. Secara geografis, hutan ini sebagaimana hutan rawa gambut terletak pada ketinggian 5-20 m dpl.

3.   Hutan tanah aluvial (alluvial bench), tanah di hutan ini merupakan tanah endapan yang subur, hutan ini juga memiliki keanekaragaman jenis 16 tumbuhan yang tinggi. Seringkali tanah di hutan ini tergenang air yang di antaranya akibat luapan sungai, namun cepat juga air tersebut mengalir meninggalkan tanah yang semula tergenang. Hutan ini terdapat di sepanjang aliran sungai air putih, pada ketinggian 5-50 m dpl.

4.   Hutan batu berpasir dataran rendah (lowland sandstone), merupakan hutan yang tanahnya mengandung batuan pasir berlapis tanah lempung dan serpihan batu yang tipis. Hutan ini berada pada ketinggian 20-200 m dpl.

5.   Hutan granit dataran rendah (lowland granite), yang merupakan habitat dataran rendah dengan kondisi tanah berbatu, berada pada ketinggian 200-400 m dpl.

6.   Hutan granit dataran tinggi (upland granite), merupakan habitat di dataran tinggi yang kondisi tanahnya berbatu, berada pada ketinggian 350-800 m dpl.

7.  

11111115
 


Hutan pegunungan (montaine), merupakan habitat yang berada pada ketinggian 750-1100 m dpl. Terdapat pada lapisan granit namun kebanyakan tanah terlapisi substansial kering dan tanah berpasir (dari pelapukan substrat granit) sama seperti yang ditemukan di hutan rawa gambut.

    



















































IV. METODE PENELITIAN



4.1.                                                               Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP) pada Kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) mulai tanggal 24 Mei sampai dengan 30 Juni 2017 dengan waktu 6 minggu efektif dilapangan.

4.2.      Objek dan Alat Penelitian

4.2.1.Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah semua jenis pakan Orangutan yang terdapat dalam petak-petak yang telah ditentukan pada saat melakukan penelitian.

4.2.2.Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

·      Tally Sheet untuk rekapitulasi data

·      Stopwatch untuk menghitung durasi makan individu Orangutan

·      Benokuler untuk mengamati aktivitas makan individu Orangutan

·      Tali rapia untuk membuat batas petak penelitian

·      GPS untuk menentukan titik

·      ATK untuk mencatat hasil data yang didapat dilapangan

·      Peta Lokasi Penelitian untuk menentukan petak lokasi penelitian

·      Kamera untuk dokumentasi

·      Kompas untuk menentukan arah rintisan dalam pembuatan petak

·      Buku Identifikasi untuk membantu mengidentifikasi jenis pakan Orangutan

·      Meteran untuk mengukur panjang petak

·      Parang untuk membuat rintisan

·      Sarung tangan untuk melindungi tangan

·      Tangging

·      Santer

·      Plastik packing


17sssss16
 





4.3.  

12222217
 


Cara Kerja

4.3.1.   Metode


20x20
 


           Metode yang digunakan untuk mengetahui preferensi pakan setiap individu Orangutan yaitu menggunakan metodeFocal Animal Sampling, dalam metode ini peneliti mengikuti  satu individu Orangutan yang fokus pada aktivitas makannya. Pada metode ini satu individu akan diamati selama 5 hari dan setiap harinya akan dicatat waktu makan pada setiap jenis pakan yang dimakan oleh individu tersebut, setelah itu maka akan di hitung setiap jenis pakan yang dimakan dan akan dibagi dengan jumlah keseluruhan satu jenis pakan dalam satu areal sebaran per individu orangutan.Metode  kedua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Random Sampling, di dalam metode ini penulis menggunakan teknik pengambilan data dangan penerapan petak berganda yang dibuat beberapa petak secara acak berdasarkan pada luasan areal sebaran satu individu orangutan, yaitu 10 % dari luasan arel sebarannya, dari 10 % tersebut maka akan dibuat petak dengan ukuran 20 x 20 m2. Maka untuk  jumlah petak yang dibuat akan disesuaikan dengan luasan daerah sebaran satu individu orangutan.


10x10
 














Gambar 1. Satupetak  dalam analisis vegetasi

4.3.2.Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan eksplorasi.Peletakan petak akan dilakukan dengan cara Random Sampling yaitu membuat beberapa petak secara acak berdasarkan 10 % dari seluruh luasan areal sebaran satu individu orangutan selama 5 hari, adapun ukuran petak yaitu 20 x 20.

4.3.3.Inventarisasi Pakan Orangutan


12222218
 


           Inventarisasi pakan Orangutan dilakukan pada tiap-tiap petak yang telah dibuat.Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis pakan, jumlah dan bagian yang dimakan seperti daun, buah, bunga, kulit dan sebagainya.Setiap jenis pakan akan di identifikasi berdasarkan tingkatan yang dimulai dari semai, pancang, tiang dan pohon.

4.3.4.Identifikasi Pakan Orangutan

           Pengidentifikasian pakan orangutan dilakukan secara langsung dengan bantuan buku identifikasiyang meliputi kenampakan morfologi pada setiap jenisnya seperti warna, bentuk dan ukuran serta tempat tumbuh.Kemudian data yang didapat dilapangan akan dicocokkan dengan ciri-ciri yang ada pada buku identifikasi. Jika jenis pakan yang ditemukan dilapangan belum terdapat didalam buku identifikasi makaakan di buat specimen dalam bentuk herbarium pakan tersebut dan dikirim ke LIPI untuk mengidentifikasinya.

Tabel 1 :Tally Sheet Identifikasi Jenis Pakan Orangutan



No.
Nama Spesies Orangutan

Rintis


Spesies / Jenis Pakan
NNama
Lokal

Nama Ilmiah
Bagian yang dimakan
Durasi Makan setiapjenis pakan (detik)
Jumlah
Keterangan
Tumbuhn
Binatang
11.










22.













4.4.      Pengambilan Data

4.4.1.   Data Primer

            Data primer diperoleh dari data yang ada dilapangan seperti jumlah individu yang diperoleh pada tiap petak dilapangan pada hari hujan maupun kering,keanekaragaman pakan, presentasi pakan setiap individu Orangutan dan  lokasi tempat tumbuh pakan.

4.4.2.Data Sekunder

            Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data curah hujan selama penelitian, keadaan umum lokasi penelitian dan peta lokasi penelitan.

4.5.      Analisis Data


12222219
 


            Data yang diperoleh dilapangan selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan rumus:

4.5.1.   Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya, dimana jenis ini mempunyai INP tertinggi merupakan jenis yang dominan. Indeks Nilai Penting ( Important Value Index ) diperoleh dengan menjumlahkan Kerapatan Relatif (KR) , Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Relatif (DR).

INP = KR + FR + DR

Keterangan:

KR                                : Kerapatan Relatif

FR                                 :Frekuensi Relatif

DR                                : Dominasi Relatif

Dominasi Relatif    : Dominansi Suatu Jenis   X 100 %

                                 Dominansi Keseluruhan Jenis



Nilai KR dan FR diperoleh dari rumus (Soerianegara dan Indrawan, 1988):

a.    Kerapatan Jenis

Kerapatan jenis menunjukan jumlah jenis suatu tumbuhan pada setiap petak contoh. Adapun rumus untuk menghitung Kerapatan Jenis, yaitu:









b.   Frekuensi Jenis

Frekuensi jenis merupakan perbandingan banyaknya petak yang terisi oleh suatu jenis tumbuhan terhadap jumlah petak seluruhnya. Adapun rumus untuk menghitung frekuensi relatif, yaitu:




12222220
 






4.5.2.   Indeks Dominansi (C)

            Indeks dominansi jenis digunakan untuk menentukan dominansi suatu jenis yang terpusatkan dalam komunitas (Odum, 1993). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung indeks dominansi, yaitu:



  Keterangan:

 C : Indeks Dominansi
ni  : Indeks Nilai Penting jenis ke-i
 N : Jumlah Indeks Nilai Penting seluruh jenis


2





           Nilai indeks dominansi tertinggi adalah 1, menunjukkan bahwa tegakan dikuasai oleh suatu jenis atau didominasi oleh suatu jenis.Semakin kecil nilai C maka semakin besar keanekaragaman yang dominan didaerah tersebut.Menurut Odum (1993) menyatakan bahwa derajat dimana dominansi dipusatkan satu, beberapa atau banyak jenis dapat dinyatakan dengan dominansi yang menjumlahkan tiap arti atau nilai jenis dalam hubungannya terhadap komunitas sebagai keseluruhan. Nilai indeks dominansi ≤ 1, menunjukkan bahwa komunitas tersebut tidak hanya dikuasai oleh satu jenis tetapi terdapat jenis lain yang berbeda antara satu dengan lainnya.



4.5.3.   Menghitung Preferensi Pakan Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii)

          Menurut Altman (1973) focal animal  sampling adalah metode pengamatan tingkah laku dengan mengamati hewan tertentu yang menjadi fokus pengamatan. Focal animal sampling digunakan untuk mengamati prilaku makan Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii).Data dari hasil pengamatan kemudian ditabulasi dan selanjutnya hasil pengolahan dianalisis secara deskriptif dalam jumlah kali dan persentase waktu makan pada setiap jenis pakan yang dimakan setiap individu Orangutan dari pengamatan Focal Animal Sampling,

1.  

12222221
 

Pi =F   X 100%
     N
 

persentase waktu makan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:







Keterangan :

Pi : %  Waktu Makan Jenis i

F :Waktu Makan  terhadap Satu jenis Pakan

N:WaktuMakan Keseluruhan Selama Pengamatan terhadap Satu Individu Orangutan

2.   Menghitung tingkat kesukaan orangutan terhadap makanan

Nisbah seleksi (Oates, 1977 dalam Alikodra, 1990yang dikutip Cornelia, 2009) digunakan untuk melihat tingkat kesukaan orangutan terhadap satu jenis pakan dan dapat dihitung dengan rumus :


    Nisbah Seleksi Makan = Jumlah Frekuensi Kunjungan pada suatu  jenis pakan
                                            Jumlah keseluruhan jenis pakan tersebut dalam per Ha
 























DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Tentang Gunung Palung. http://gunungpalung.net/. Diakses pada tanggal 3 Desember 2016.

Anonim.2012. Taman Nasional Gunung Palung. http://ditjenphka.dephut.go.id. diakses tanggal 3 Desember 2016.

Anonim,2008a.Orangutan,http://id.wikipedia.org/wiki/orang-utan,diakses tanggal 12 Mei 2017.

Anonim,2008b.Status.http://209.85.173.132/search/q=cache:KXxsbNItn9Wj:www.orangutancentre.org/tanyajawab.htm+van+schaik&hl=id&ct=clnk&=20&gl=id&ie=UTF-8, diakses tanggal 10 Mei 2017.

Anonim, 2009a.http://www.orangutan.com, diakses tanggal 14 Mei 2017.

Anonim, 2009b.http://id.wikipedia.org/wiki/orgutn, diakses tanggal 11 Mei 2017.

Anonim,2009c.Orangutan Indonesia Terancam Punah,http://kompas.com.terbit Senin 7 Juli 2008, diakses tanggal 11 Mei 2017.

Anonim.2011.Tentang Gunung Palung. http://gunungpalung.net/. diakses tanggal 3 Dese mber 2016.

Anonim.2012.Taman Nasional Gunung Palung. http://ditjenphka.dephut.go.id. diakses tanggal 3 Desember 2016

Annika M. Felton, Linda M. Engstro, Adam Felton, Cheryl D. Knott. 2003. Orangutan population density, forest structure and fruit availability in hand-logged and unlogged peat swamp forests in West Kalimantan, Indonesia. Biological Conservation.

Cochran,W.G.(1991).Teknik Penarikan Sampel Edisi Ketiga. Jakarta. Universitas Indonesia.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia.2007. Peraturan Perundangan. 1hlm.www.dephut.go.id. diakses tanggal tanggal 9 April 2017.

Departemen Kehutanan .2007. Strategi dan rencana aksi konservasi orangutan Indonesia 2007- 2017. Departemen Kehutanan. Jakarta

IUCN. 2007. IUCN Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org. diakses tanggal 16 Januari 2017.


12222244
 


Knott, C.D.2015, Gunung Palung OH Project, Standar Operating Procedure, Stasiun Penelitian Cabang Panti.


Skdsd345
 


Knott, C.D. 1999. Reproductive, physiological and behavioral responses of orangutans in Borneo to fluctuations in food availability. Ph.D.Dissertation. Harvard University: x + 373 hlm.

Galdikas, B.M.F. 1986. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Putting Kalimantan Tengah. UI press. Jakarta.

Galdikas, 1984, Adaptasi Orangutan di Tanjung Puting Kalimantan Tengah,  Universitas Indonesia, Jakarta.

Galdikas, 1989. Orangutan Diet, Range and Activity at Tanjung Puting Central Borneo, Little Brown and Company, Boston.

Galdikas BMF. 1982. Orangutan tool use at Tanjung Puting Reserve. Journal Human Evolution.

Johnson, A. E., C. D. Knott, B. Pamungkas, M. Pasaribu and A. J. Marshall. 2005. A survey of the orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) population in and around Gunung Palung National Park, West Kalimantan,71 Indonesia based on nest counts. Biological Conservation.

John and Kathy MacKinnon.1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di DaerahTropika.GadjahMada University Press.

Kuswanda, W dan Sukmana, A. 2009. Kesesuaian Jenis untuk Pengayaan Habitat Orangutan Terdegradasi di Daerah Penyangga Cagar Alam Dolok Sibuali Buali (Tree Species Maching for Enrichment on Degraded Orangutan Habitat in Sibuali Buali Nature Reserve Buffer Zone). Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam.


Skdsdk24
 


Soerianegara, I dan Indrawan, A.1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekololgi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tjiu A,2006. Menghitung Orangutan yang tersisia,http://www.wwf.or.id,diakses tanggal 11 Mei 2017.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL LEBIH DEKAT BANG FAHRI HAMZAH